Kamis, 26 Februari 2009

Efek Pencitraan (studi kasus reputasi Aa`Gym Setelah berpoligami)



 Pendahuluan……

Berita menghebohkan datang dari Da`i kondang sekaigus pemilik dari MQ Management yaitu Kyai Haji Abdullah Gymnastiar atau yang biasa disapa Aa` Gym. Dai yang banyak digemari oleh para ibu-ibu dan kaum hawa lainnya ini dikabarkan menikah lagi dengan janda beranak tiga bernama Elvarini atau yang biasa dipanggil Teh Rini. Padahal kita ketahui bersama bahwa Aa` Gym telah memiliki Istri dan tujuh orang anak. Berita tersebut sangat mengejutkan khalayak terutama kaum ibu karena Aa` yang dikenal selama ini adalah tokoh kepala keluarga yang sangat mencintai istrinya yaitu Nini Mutmainah atau yang biasa dipanggil Teh Nini dan ke tujuh buah hatinya ternyata melakukan poligami.
 Tidak hanya para penggemarnya yang menjadi antipati dengannya, tetapi juga para mitra bisnis yang selama ini mempunyai hubungan baik dengannya menjauh akibat ulah Aa` Gym ini. Bahkan dikabarkan, MQ Management yang selama ini dipimpinnya terancam bangkrut lantaran banyak relasi bisnis menarik investasinya. Bukan karena hanya mereka ilang feeling dengan kelakuan Aa` tetapi karena mereka tahu hal tersebut akan berpengaruh pada MQ. 
 Aa` Gym yang juga pemimpin dari Pondok Pesantren Da`arut Tauhid itu telah mengalami krisis, yaitu krisis kepercayaan. Memang dalam islam tidak dilarang apabila seorang laki-laki melakukan poligami selama ia mampu untuk berbuat adil. Tapi konstruk masyarakat Indonesia selama ini memandang bahwa poligami adalah sesuatu yang tabu, karena menganggap mengekploitasi wanita.
 
Disini kita tidak akan membahas tentang ideologi feminis atau paham gender yang selama ini digembar-gemborkan oleh kaum liberalis, tetapi kita akan membahas dampak dari berpoligami terhadap pencitraan publik terutama bagi public figure seperti Aa` Gym diatas yang mengalami krisis kepercayaan.
ENJOY.........


 Krisis dan Implementasinya.......
K. Fearn-Banks mendefinisikan krisis sebagai “Suatu kejadian penting dengan hasil akhir cenderung negatif yang berdampak baik terhadap sebuah organisasi, perusahaan atau industri, maupun terhadap publik, produk, servis atau reputasinya”. Biasanya sebuah krisis mengganggu transaksi normal dan kadang mengancam kelangsungan hidup atau keberadaan organisasi.
Krisis ada yang tidak dapat di prediksi tetapi ada yang bisa diprediksi. Banyak hal yang tidak terduga yang dapat menyebabkan krisis tetapi ada juga krisis yang dapat terduga dan dapat diantisipasi. Antisipasi dapat dilakukan dengan melihat pengalaman yang terdahulu atau melihat dari contoh kasus dari pihak lain.
Krisis juga dapat mucul dengan disengaja, krisis yang disengaja biasanya berfungsi untuk mencari dinamika dan agar tidak terjadi stagnasi dan menghindari pergerakan statis. Dinamika diperlukan supaya terjadi adanya mobilitas sosial dan perputaran roda kehidupan.

Dalam menhadapi krisis diperlukan adanya management yang dapat memaintain krisis dengan baik. Maka dari itu muncul menejemen krisis sebagai panacea dari krisis itu sendiri. Ada perbedaan yang mendasar antara “Manajemen Krisis” dan “Krisis Manajemen”. Manajemen krisis merupakan suatu manajemen pengelolaan, penanggulangan atau pengendalian krisis hingga pemulihan citra perusahaan. Sedangkan krisis manajemen merupakan kegagalan dari peranan manajemen krisis dan persoalannya menjadi sulit untuk dipulihkan karena perusahaan yang bersangkutan dinyatakan “bubar” baik secara hukum maupun operasionalnya . (http://belajarkomunikasi.wordpress.com/2008/11/09/manajemen-isu-krisis-konflik-minggu-ke-2/)

Defining Problem....
Ini menang permasalah yang sangat komplek, dimana biasanya isu yang diangkat pada Menejemen Krisis adalah suatu korporasi yang sedang mengalami krisis dan sekarang kita dihadapkan pada krisis yang dihadapi oleh seorang Public Figure seperti Aa` Gym yang menyandang Predikat sebagai Dai` dan Sosok yang sangat dikagumi oleh para kaum hawa terutama para Ibu-ibu.
Semua hal dapat berpotensi mengalami krisis, tidak hanya organisasi baik profit atau non profit, instansi pemerintah,dan juga sesorang juga dapat terkena krisis. Maka dari itu, krisis harus ditanggulangi dengan berbagai cara, dan tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Apabila kita men-defining problem dari kasus Aa` Gym, induk permasalahan terletak pada tindakan Aa` Gym yang melakukan poligami. Memang tidak salah menurut agama, selama ia bisa berlaku adil terhadap istri-istrinya. Tetapi pandangan poligami bagi masyarakat Indonesia masih tabu.
 Ini lah yang menyebabkan Aa` terkena krisis kepercayaan dari masyarakat terutama para penggemarnya yang menjadi antipati dengannya. Bagaikan sebuah organisasi, apabila kepercayaan publik kepada organisasi telah hilang maka hilang pula kredibilitas organisasi. seperti itu pula yang dialami oleh Aa` Gym, beliau kehilangan kredibilitas dihadapan publik penggemarnya.
 Dalam karyanya yang berjudul Public Relations: Strategi Kehumasan dalam menghadapi Krisis, Emeraldy Chatra dan Rully Nasrullah mengatakan bahwa kepercayaan publik menjadi sumber kekuatan utama bagi setiap organisasi dangan beragam kegiatannya, termasuk yang menikmasti monopoli dan proteksi oleh pemerintah. Dengan kata lain, organisasi bisa eksis dan berkembang tidak lain karena adanya kepercayaan dari publikya, yang merupakan kekuatan internal dan eksternal penentu hidup dan matinya organisasi tersebut. 
Dari kutipan diatas dapat kita artikan bahwa kunci utama dari keberhasilan suatu organisasi adalah adanya kepercayaan dari publik baik internal maupun eksternal. Siapa yang bertugas untuk menciptakan kepercayaan pulik?? Humas lah yang bertugas untuk mengolah dan menciptakan kepercayaan publik. Dihadapan publik, humas adalah representasi dari organisasinya.

What Have to Do......

Tidak hanya bagi organisasi, kepercayaan publik juga menjadi sumber kekuatan utama bagi seorang Public Figure. Seorang Public Figure dapat eksis dengan citra yang baik karena adanya kepercayaan publik. Seorang Public Figure harus bisa memainkan opini publik yang berkembang di masyarakat tentang dirinya. Dia bekerja seperti PR yang memaintain dirinya sendiri. Memang memaintain diri sendiri lebih kompleks dari pada memantain suatu organisasi yang didalamnya terdapat banyak orang.
Untuk mendapatkan kepercayaan publik kembali, kita dapat menggunakan mediasi pihak ke tiga yang dipercaya masyarakat. Ini biasanya menggunakan seorang opinion leader atau orang terpercaya lainnya. Pada kasus susu Dancow, pihak PT Food Specialties Indonesia (FSI) selaku produsen susu Dancow mengundang MUI, Mentri Agama yang saat itu dijabat oleh Tarmidzi Taher, dan Mentri Koprasi secara Demonstratif meminum susu di pabrik Dancow Kota Pasuruhan.
Begitu juga yang harus dilakukan Aa` Gym dalam menghadapi krisis ini. Beliau bisa menggunakan jasa pihak ke tiga sebagai pihak yang mempunyai kepentingan untuk meyakinkan masyarakat. Pihak ketiga yang paling berpengaruh adalah keluarganya sendiri. Yang pertama harus Speak Up adalah Teh Nini yang merupkan istri pertama Aa` Gym. Memang Teh Nini sudah angkat bicara tentang pernikahan ke dua suaminya ini, tetapi media tetap mengkontruk negatif tentang hal ini. Seyogyanya media harus seimbang dalam mengnyampaikan berita ini, tidak hanya dari sisi negatifnya tetapi juga dari sisi positifnya. Yang kedua adalah anak-anak dari Aa` Gym sendiri, karena anak merupakan representasi dari orang tuanya. Yang ketiga adalah Teh Rini sebagai Istri muda Aa, karena pihak yang selama ini ikut dihujat Teh Rini juga berhak untuk mengklarifikasinya.
Sebenarnya, kunci utamanya adalah media kerena dengan media lah dapat tercipta opini publik. Media bisa menggunakan jurus ampuh yaitu Agenda Setting. Dimana isu yang kurang menarik atau justru negatif diangkat secara terus menerus atau diblow-up sehingga menjadi isu yang dianggap penting bagi khalayak. Begitu juga dengan permasalahan Aa` Gym, media dapat melakukan agenda setting dengan memfokuskan tema tentang sisi positif Aa` Gym melakukan poligami dan itu harus dilakukan secara terus menerus, sehingga Image Aa` Gym dihadapan masyarakat kembali baik. Setelah image kembali baik, maka publik akan menaruh kepercayaan kembali kepada Aa`Gym. Kembalinya kepercayaan publik, tidak hanya mengembalikan para penggemar Aa` Gym, tetapi juga mengembalikan mitra bisnis yang dulunya meninggalkan Aa` dan akan menanamkan modal kembali di MQ Management.


PR harus Konsisten...

  Dalam karyanya yang berjudul Public Relations: Strategi Kehumasan dalam menghadapi Krisis, Emeraldy Chatra dan Rully Nasrullah mengatakan bahwa kepercayaan publik menjadi sumber kekuatan utama bagi setiap organisasi dangan beragam kegiatannya, termasuk yang menikmasti monopoli dan proteksi oleh pemerintah. Dengan kata lain, organisasi bisa eksis dan berkembang tidak lain karena adanya kepercayaan dari publikya, yang merupakan kekuatan internal dan eksternal penentu hidup dan matinya organisasi tersebut. 
Dari kutipan diatas dapat kita artikan bahwa kunci utama dari keberhasilan suatu organisasi adalah adanya kepercayaan dari publik baik internal maupun eksternal. Siapa yang bertugas untuk menciptakan kepercayaan pulik?? Humas lah yang bertugas untuk mengolah dan menciptakan kepercayaan publik. Dihadapan publik, humas adalah representasi dari organisasinya.  
Bagaimana cara menciptakan kepercayaan publik, Konsisten. Itu salah satu yang harus dipunyai oleh seorang Public Relatoins Officers. Konsisten disini mempunyai arti singkronisasi antar perkataan dan perbuatan. Tidak salah apabila pandangan masyarakat terhadap humas adalah orang yang plin-plan atau mencla-mencle. Publik tidak segan- segan menarik kepercayaan terhadap organisasi atau intansi tersebut kerena kemencla-menclean humas.
Kita ambil contoh yang sangat sering kita dengar dan sampai sekarang masih hangat diperbincangkan oleh khalayak yaitu kasus Luapan Lumpur PT. Lapindo Brantas Sidoarjo. Sampai sekarang masyarakat korban lumpur masih banyak yang belum mendapatkan ganti rugi penuh atas tenggelamnya rumah mereka yang terkena luapan lumpur PT. Lapindo. Padahal pihak PT. Lapindo melalui Humasnya berjanji akan mengganti penuh seluruh kerugian yang diderita para korban hingga waktu yang ditentukan. Tetapi sampai waktu yang ditentukan telah tiba, pihak PT Lapindo belum mengganti penuh seluruh kerugian yang diderita para korban luapan lumpur.
Dari contoh kasus diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa tidak adanya singkronisasi antara ucapan dan perbuatan dari PT.Lapindo Brantas. Memang, kita tidak bisa menyalahkan Humas dari PT.Lapindo saja tetapi juga owner atau stakeholder yang lain.

Dalam Al-Qur`an surat Ash-Shaff ayat 2 dan 3, Allah SWT Berfirman yang artinya Hai orang-orang yang beriman,mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? (2), Amat besar kebencian di Sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan (3). 
Dari ayat diatas Allah SWT memerintah kepada umatNya untuk konsisten dalam perkataan dan perbuatan. Begitu juga yang harus dilakukan oleh seorang praktisi Humas. Seorang Praktisi Humas harus konsisten dalam ucapan dan perbuatan untuk menjaga kepercayaan publik, karena kita tahu bahwa kepercayaan publik adalah nyawa dari kehidupan organisasi.
Masih dalam karyanya yang berjudul Public Relations: Strategi Kehumasan dalam menghadapi Krisis, Emeraldy Chatra dan Rully Nasryllah mengangkat sosok seorang Muhammad SAW sebagai tokoh kehumasan terbesar di dunia, walaupun Muhammad SAW tidak pernah disebut sebagai tokoh humas. Kita lebih mengenal Ivy Ledbetter Lee yang mendapat penghargaan sebagai the father of public relations yang berhasil mengatasi krisis yang dialami The Pennsylvania Railroad Company pada tahun 1906 dan pemgokan besar di Colorado Fuel and Iron Company milik keluarga Rockefeller pada tahun 1914.
Muhammad lahir ditengah krisis moral dan krisis peradaban. Keberhasilan Muhammad SAW mengatasi krisis peradaban dan mengubah kepercayaan hampir setengah dari seluruh penduduk dunia dan berlangsung berabad-abad adalah mahakarya yang tidak ada bandingannya. 
Apabila kita tela`ah lebih dalam hal itu terjadi karena adanya konsistensi antara ucapan dan perbuatan oleh Muhammad SAW. Dalam berkomunikasi Beliau mencontohkan agar tetap menjaga konsiastensi antara ucapan dan perbuatan dan mengutamakan persuasi daripada paksaan. Berani berbicara di atas kebenaran, hati-hati dan hemat kata dalam melontarkan pernyataan dan sebagainya.
Hal-hal yang seperti itu lah yang seharusnya menjadi pegangan kita sebagai Public Relations Officers dalam menjalankan tugas mengolah opini publik dan mendapat kepercayaan publik. Publik akan menaruh kepercayaan apabila kita konsisten dalam ucapan dan perbuatan. Yakin Usaha Sampai...!!!!